MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROGRAM
BASED LEARNING)
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang lebih khususnya membahas penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, karakteristik serta perspektif Model Pembelajaran Berbasis Masalah .Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Semarang,17-12-2012
Penyusun
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pelajaran matematika juga dalam pelaksanaan pendidikan
diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA),
bahkan pada jenjang Perguruan
Tinggi (PT) juga masih diberikan pelajaran
matematika untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama untuk
bekal masa depan mereka dalam kehidupan masyarakat nantinya. Namun
kenyataannya, pendidikan matematika di Indonesia masih memprihatinkan jika
dilihat dari rendahnya hasil belajar yangdicapaisiswa. Menurut catatan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study)
lembaga yang mengukurdan membandingkan kemampuan matematika
siswa antar negara yang tertulis pada (http://nces.ed.gov/timss/results07/math07.asp.) pada
tahun 2007
: “Penguasaan matematika siswa grade 8 (setingkat SMP) negara
Indonesia di peringkat ke-36 dari 48 negara. Rerata skor yang diperoleh
siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah rerata skor
internasional yaitu 500”.
Data tersebut menunjukkan bahwa sejauh ini
Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dalam hal
prestasi belajar matematika.
Dari pernyataan di atas, secara jelas
menyatakan bahwa pendidikan matematika masih mengecewakan. Waktu yang dihabiskan siswa
Indonesia di sekolah untuk mempelajari matematika tidak sebanding dengan
prestasi yang diraih. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika beberapa diantaranya disebabkan masih
banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang
berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar sehingga
menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika. Ketakutan pada pelajaran
matematika dapat juga disebabkan oleh pandangan bahwa matematika merupakan
seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat memilih
dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi
bilangan bulat dan pembelajaran yang dilakukan masih banyak didominasi oleh
guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan
keterampilan sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kondisi
tersebut juga menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.
Agar pembelajaran berpusat pada siswa, guru perlu memilih
suatu model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan
juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, selama proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah.
Model pembelajaran
berbasis masalah yaitu pembelajaran yang dipusatkan
pada siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang
dikemukakan oleh Soedjadi (2000 : 99) bahwa : ” Model
pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran dengan masalah yang kompleks
misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas menuju
kepada konsep-konsep sederhana yang terkait”. Dengan pemberian masalah diawal pada pembelajaran berbasis
masalah diharapkan nantinya mampu membawa siswa untuk berpikir kritis, kreatif
dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
konsep dasar dari materi yang diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di awal pembelajaran kemudian
dilanjutkan dengan adanya pengorganisasian siswa untuk belajar, melakukan
penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta pengevaluasian
proses pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah tersebut siswa dapat
menemukan konsep dengan membangunnya sendiri.
Pada pendekatan pembelajaran berbasis
masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di
antara siswa dan saling membantu menyelidiki
masalah secara bersama. Oleh karena itu siswa perlu diorganisasikan ke dalam kelompok belajar. Seperti yang
diungkapkan oleh Arends (2008 : 43) bahwa : “Model pembelajaran
berbasis masalah ditandai
oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa yang lain, paling sering secara
berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil”. Bekerja bersama juga
dapat memotivasi siswa untuk memperbanyak melakukan penyelidikan dan dialog
untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran yang berlangsung karena keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pendekatan pembelajaran ini.
Sehingga diharapkan dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan siswa dapat menemukan sendiri bagaimana konsep dari bilangan
bulat tersebut sehingga mereka termotivasi untuk belajar matematika.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
- Apakah model pembelajaran berbasis masalah ?
- Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran matematika ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model
pembelajaran berbasis masalah
2. Untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran masalah terhadap pembelajaran
matematika.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009
: 58) bahwa :
” Model pembelajaran
berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki
sebelumnya (prior knowledge) untuk
membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
Sedangkan
menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
” Model pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri ”.
Model pembelajaran
berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran
yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :”
Model pembelajaran
berdasarkan masalah) mengacu pada
Pembelajaran Proyek (Project Based
Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),
Belajar Autentik (Autentic
Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored
Instruction)”.
B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Berbagai
pengembang menyatakan bahwa ciri
utama model pembelajaran
berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah :
- Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan
siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat
berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu
kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
- Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial)
masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau
dari berbagi mata pelajaran yang lain.
- Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang
sedang dipelajari.
- Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat
juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer
- Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan
atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar
pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
C. Sintaks Pendekatan Model Berdasarkan
Masalah
Pada Model pembelajaran
berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan
memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk
tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran
berdasarkan masalah
Fase Ke-
|
Indikator
|
Aktifitas / Kegiatan Guru
|
1
|
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, pengajuan masalah,
memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
2
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan kelompoknya.
|
5
|
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
|
D. Tujuan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran Model pembelajaran
berdasarkan masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa. Menurut Arends (2008:70) bahwa :
“Model pembelajaran
berdasarkan masalah bertujuan
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
pemecahan masalah,
belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan
rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi
pelajar yang mandiri”.
Jadi dalam pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru
adalah merumuskan tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas
pelajaran.
E. Lingkungan
Belajar dan Sistem Manajemen Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Lingkungan belajar model pembelajaran
berdasarkan masalah lebih menekankan pada peranan sentral siswa bukan
guru. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan
pendapatnya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan
oleh Arends (2008:70) bahwa: ”Lingkungan belajar Model pembelajaran
berdasarkan masalah ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif siswa
dan atmosfer kebebasan berintelektual”. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk
menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual
mereka sendiri memerlukan keterlibatan.
Salah satu masalah yang cukup rumit
bagi guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana
menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas
lebih awal maupun yang terlambat. Dalam hal ini Trianto (2007 :75) mengatakan
bahwa : ” Model pembelajaran berdasarkan masalah ini siswa dimungkinkan untuk mengerjakan
tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut
berbeda-beda”. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaaan dan pemantauan
kerja siswa yang rumit.
F. Penilaian
dan Evaluasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Hal yang sangat
penting diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran
yang telah dilakukannya di dalam kelas yaitu menyesuaikan prosedur-prosedur
penilaian dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai oleh guru.
Seperti halnya dalam model pembelajaran
kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian
pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan, oleh karena itu tugas
penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Menurut Trianto
(2007 : 76) bahwa: ”Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan Model pembelajaran berdasarkan masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan hasil
penyelidikan mereka ”.
G. Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1.
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan
mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan
memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer
pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan Model pembelajaran berbasis
masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi Model pembelajaran
berbasis masalah siswa mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. Model pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
H.Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Adapun contoh penerapan Model pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran matematika dalam hal ini materinya
bilangan bulat adalah sebagai berikut
1. Orientasi
siswa pada masalah
- Guru mengajukan masalah dan meminta
siswa untuk mempelajari masalah berikut :
Sebuah kantor yang berlantai 23. Seorang Karyawan mula-mula berada di lantai
2 kantor itu. Karena ada suatu keperluan ia turun 4 lantai, kemudian
naik 6 lantai. Di lantai berapakah karyawan itu sekarang berada?
2.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Membagi siswa
ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa
yang memiliki kemampuan heterogen.
- Meminta siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan
masalah tersebut.
Misalnya kelompok A menggambarkan sebuah gedung berlantai 23 dengan 3 lantai
berada dibawah tanah dan menggambar seorang karyawan yang berada pada lantai 2.
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
- Membimbing
siswa menemukan penjelasan dan pemecahan
masalah yang diberikan oleh guru.
Misalnya guru memberikan informasi kepada siswa bahwa naik
satu lantai
dinyatakan dengan (+ 1) dan
turun satu lantai
dinyatakan dengan (-1).
Dengan bimbingan guru, siswa menentukan letak karyawan itu di gedung dengan
cara : Karyawan mula-mula berada di lantai 2 kantor itu dinyatakan dengan (+2), kemudian turun 4 lantai
dinyatakan (-4), kemudian naik 6 lantai dinyatakan dengan (+6). Secara
matematis diulis : (2) + (-4) + 6 = 4
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
- Mendorong
siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut dengan cara menunjuk
satu kelompok secara acak untuk menuliskan hasil diskusi kelompok di papan
tulis dan kelompok lain menanggapi hasil penyajian kelompok
yang maju.
5. Menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Membantu siswa mengkaji ulang proses atau
hasil pemecahan masalah yang telah
dipersentasikan di depan kelas. Kemudian bersama dengan siswa menarik kesimpulan
letak karyawan itu berada pada lantai 4 gedung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian hasil makalah
pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1 Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses
pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan
berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini
akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
2. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada
pembelajaran ini dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai
penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas
tersebut dapat diselessaikan.
B. Saran
1.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan Model yang
efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi
dan mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
2. Kepada guru
yang ingin menerapkan
Model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan kelompok belajar
hendaknya guru perlu memiliki
seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung dengan tertib
tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang
secara cepat dan tepat, juga memiliki panduan bagaimana mengelola
diskusi kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard., (2008), Learning to Teach , Mc.Graw Hill Companies. New York.
Sanjaya,Wina., (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi,
Penerbit Media Group, Jakarta.
Soedjadi, R., (2000), Kiat
Pendidikan Matematika di Indonesia, Depdikbud, Jakarta.
Sudrajad, (2009), Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. htpp://akhmad
sudrajad.wordpress.com/
Suyatno, (2007), Menjelajah
Pembelajaran Inovatif, Penerbit Masmedia Buana Pustaka, Surabaya.
TIMMS, (2007), http://nces.ed.gov/timss/results07
Trianto, (2007), Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik,. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Penerbit Kencana,
Jakarta.
Aplikasi
Problem Based Learning
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas /
Semester : VII /
Ganjil
Alokasi
waktu : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami
sifat-sifat operasi hitung dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.
Kompetensi
Dasar : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung
bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
Indikator : 1. Memberikan contoh bilangan bulat.
2.
Menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
3. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan
bulat.
4. Menemukan sifat-sifat operasipenjumlahanbilangan bulat
5. Menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahanbilangan
bulat untuk menyelesaikan
masalah.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat
memberikan contoh bilangan bulat.
2. Siswa
dapat menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
3. Siswa dapat
menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
4. Siswa dapat
menemukan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat.
5. Siswa
dapat menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat
untuk menyelesaikan masalah.
Materi Ajar : 1. Pengertian Bilangan Bulat
2. Penjumlahan pada Bilangan Bulat
Pendekatan Pembelajaran :
Pendekatan
pembelajaran berbasis masalah
Model
Pembelajaran :
Model Pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI)
Metode mengajar
:
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Pemberian Tugas
Kegiatan
Belajar Mengajar :
Kegiatan Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
Waktu
|
A. Kegiatan
Awal
- Memberi salam pembuka.
- Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam pemecahan masalah.
|
- Siswa menjawab salam guru.
- Mendengarkan penjelasan guru.
|
5 menit
|
B. Kegiatan
inti
Sintaks 1
Orientasi
siswa pada masalah
- Guru memberikan
materi kemudian mengajukan
permasalahan 1, permasalahan 2, permasalahan 3, permasalahan 4,dan permasalahan
5 yang ada di LAS
dan meminta siswa untuk mempelajari masalah
tersebut.
Sintaks 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Membagi siswa
ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5-6
orang siswa yang memiliki kemampuan
heterogen.
- Meminta siswa mengemukakan ide
kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan masalah
tersebut.
Sintaks 3
Membimbing
penyelidikan
individual
maupun kelompok
- Memberikan informasi yang mungkin
dibutuhkan oleh siswa dalam mengisi LAS .
- Memotivasi siswa untuk melakukan
dialog atau diskusi antar teman dalam
satu kelompok.
Sintaks 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
- Membimbing
atau mengamati siswa dalam menyimpulkan hasil pemecahan
masalah yang ada atau dalam pengisian LAS .
- Mendorong siswa untuk menyajikan
hasil pemecahan masalah LAS
dengan cara menunjuk satu kelompok secara acak untuk
mempersentasikan
hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Sintaks 5
Menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Membantu
siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan
masalah yang telah
dipersentasikan di depan kelas.
C. Kegiatan
Akhir
- Bersama
dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran.
- Guru
memberi salam penutup dan memimpin doa.
|
- Mendengarkan penjelasan materi dan
permasalahan 1, permasalahan 2, permasalahan
3, permasalahan 4, permasalahan 5 yang ada di
LAS .
- Duduk sesuai dengan
kelompoknya.
- Memberi ide tentang cara
penyelesaian masalah tersebut.
- Mengumpulkan informasi tentang
masalah yang ada di LAS .
- Mendengarkan motivasi guru
untuk berdiskusi dengan teman
kelompoknya.
- Mengisi LAS.
- Mempersentasikan hasil diskusi
kelompok.
- Menanggapi hasil diskusi
kelompok lain dan
mendengarkan hasil analisa dan
evaluasi.
- Bersama dengan guru membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran.
- Siswa
menjawab salam dan berdoa.
|
10 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
10 menit
10 menit
10 menit
5 menit
5 menit
|
Sumber Belajar :
1. Buku matematika untuk SMP/ MTs Kelas
VII Karangan M.Cholik Sugiono
Penerbit Erlangga (2005).
2. Buku Matematika untuk SMP Kelas VII Karangan
Dewi Nurhaini dan Tri Wahyudi Penerbit Maju (2008)
3. LKS
Penilaian :
1. Teknik : Tes tertulis
2. Bentuk
Instumen : Uraian
JURNAL
NASIONAL
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah
Menengah Pertama
Tatang Herman
ABSTRACT
In this reform era, high level thinking ability is a
necessary. This ability is however, not well-nurtured, since most lessons at
school, especially math, does not provide students with the ability to develop
their high thinking ability. This experiment study, therefore, is conducted to
explore SMP students’ high level
mathematical thinking and disposition through problem-based learning. The samples of this study are year
2 students in three SMPs in Bandung whereas the instruments in the study are test,
mathematical disposition scale, and observation sheet. The fndings, among others,
suggest that open problem-based and structured problem-based learning are
signifcantly better than con-ventional
learning in improving students’ high level mathematical thinking ability based on school qualifcation
difference and students’ intelligence. This different high level mathematical
thinking abil-ity is not gender based. In addition, the fndings also suggest
that the mathematical disposition ability of students who received open problem-based learning
is better than that of
those who received structured
problem-based learning.
Key words: problem-based learning, high level thinking,
open problem, structured problem.
KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL ELICITING
ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Ahmad Dzulfikar, Muhammad Asikin, Putriaji Hendikawati
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki keefektifan
model pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning
terhadap kemampuan pemeca-han masalah dan menyelidiki ketuntasan belajar
kemampuan pemecahan masalah dengan kedua model tersebut. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cluster random sampling. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan
menerapkan model pembela-jaran Model Eliciting Activities dan kelas kontrol
dengan menerapkan model pemb-elajaran Problem Based Learning. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Pengambilan
data dilakukan den-gan pemberian tes kemampuan pemecahan masalah pada akhir
penelitian. Rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah
80,15 sedangkan kelas kontrol adalah 73,01. Berdasarkan hasil uji normalitas
dan homogenitas data hasil tes, diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan
homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Dari hasil
perhitungan diperoleh t hitung = 2.27, sedangkan nilai t tabel = 2.00, karena t
hitung > t tabel maka H0 ditolak. Jadi, rata-rata kemampuan pemecahan
masalah peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas
kontrol. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran Model
Eliciting Activities dan Problem Based Learning efektif ter-hadap kemampuan pemecahan masalah, tetapi
model pembelajaran Model Eliciting Activities lebih baik daripada Problem Based
Learning.
Abstract
The purpose of
this study was to investigate the effectiveness of learning models Eliciting Activities Model
and Problem Based Learning to investigate the problem-solving ability and thoroughness
learn problem-solving skills with both models. Sampling was conducted by
clus-ter random sampling. Experimental class were treated by applying a
learning model eliciting Activities Model and control class were treated by
applying the learning model of Problem Based
Learning. Data collection techniques used are the methods of documentation, testing, and observation. Data
is collected by administering the test problem-solving abilities at the end
of the study. Average problem-solving
ability test of class experiment is
80.15 while the control class is 73.01. Based on the results of tests of
normality and homogenity of the
test result data, the data obtained that the two samples of normal and homogeneous, so to test the hypothesis
used the t test. From the calculation results obtained t count = 2.27, while
the value of a t table = 2.00, because t
count > t table then H0 is rejected.
Thus, the average problem-solving abilities
of students in the experimental class is
better than the control class. Based on these results concluded that the
learning model eliciting Model Problem Based Learning Activities and effective
problem-solving skills, but learning model eliciting Activities Model better
than the Problem Based Learning.
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
Tatang Herman
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstract
It is recognised that mathematical reasoning is one of
the important skills needed to live in this information
age. Yet, attention
is given in
learning and teaching
mathematics in classroom to
improve the skills.
This classroom action
research attempts to
explore the implementation of
problem-based learning on the improvement
of students‟ mathematical reasoning
ability. The study was conducted in second grade of one of the public secondary
schools in Bandung,
Indonesia. The study
found that problem-based
learning in mathematics was considered
to improve students‟ mathematical reasoning. Students showed deep understanding
of mathematics as an impact
of problem solving
activities through cooperative
learning.
Key words: problem-based
learning, problem solving,
mathematical reasoning and understanding.
Jurnal
Internasional
How Does the Problem Based Learning Approach Compare to
the Model-Eliciting
Activity Approach in Mathematics?
Scott A. Chamberlin, University of Wyoming
Sidney M. Moon, Purdue University
Abstract
Problem-Based Learning and Model-Eliciting Activities are
recommended
instructional strategies for teachers in mathematics. The
Problem-Based Learning (PBL)
approach has become quite widespread and it is used in
many grade levels and
disciplines. Chronologically, Model-Eliciting Activities,
written specifically for
instruction in mathematics, were developed after the
Problem-Based Learning approach
and are not yet as widespread in use as PBL activities.
The purpose of this article is to
discuss the similarities and differences in the two
approaches with an emphasis on
implementation and outcomes. Theoretical literature has
been used to support the
arguments. The authors conclude that the approach that an
instructor selects should be
based on the needs of the students. To optimize
instruction, additional empirical data
needs compiled from teachers and researchers.
Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based
Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom
Halizah Awang, and Ishak Ramly
Abstract—Problem-based learning (PBL) is one of the
student centered approaches and has been
considered by a number of higher educational
institutions in many parts of the world as a method of delivery. This paper presents a creative thinking approach for
implementing Problem-based Learning in Mechanics of
Structure within a Malaysian Polytechnics environment. In the learning process,
students learn how to analyze the problem given among the students and sharing
classroom knowledge into practice.
Further, through this course’s emphasis on problem-based learning,
students
acquire creative thinking skills and professional skills
as they tackle complex, interdisciplinary and real-situation problems. Once the creative ideas are generated, there
are useful additional techniques for tender ideas that will grow into a
productive concept or solution. The
combination of creative skills and technical abilities will enable the students
to be ready to “hit-the-ground-running” and produce in industry when they
graduate.
Keywords—Creative Thinking Skills, Problem-based
Learning, Problem Solving.
0 komentar:
Posting Komentar