Kamis, 03 Januari 2013

Model Pembelajaran Berbasis Masalah


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROGRAM BASED LEARNING)


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang lebih khususnya membahas penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, karakteristik serta perspektif Model Pembelajaran Berbasis Masalah .Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Semarang,17-12-2012



Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
                                                                          
A.    Latar Belakang Masalah
Pelajaran matematika juga dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD)  sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan pada jenjang Perguruan Tinggi (PT) juga masih diberikan pelajaran matematika untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama untuk bekal masa depan mereka dalam kehidupan masyarakat nantinya. Namun kenyataannya, pendidikan matematika di Indonesia masih memprihatinkan jika dilihat dari rendahnya hasil belajar yangdicapaisiswa. Menurut catatan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science  Study
lembaga yang mengukurdan membandingkan kemampuan matematika siswa antar negara yang tertulis pada (http://nces.ed.gov/timss/results07/math07.asp.) pada tahun 2007 : “Penguasaan  matematika siswa grade 8 (setingkat SMP) negara Indonesia di peringkat  ke-36 dari 48 negara. Rerata skor yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah rerata skor internasional yaitu 500”.
Data tersebut menunjukkan bahwa sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dalam hal prestasi belajar matematika.
Dari pernyataan di atas, secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika masih mengecewakan. Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah untuk mempelajari matematika tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika beberapa diantaranya disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika. Ketakutan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan oleh pandangan bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi bilangan bulat dan pembelajaran yang dilakukan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa model pembelajaran  yang digunakan masih berpusat pada guru.
Agar pembelajaran berpusat pada siswa, guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, selama proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran yang dipusatkan pada siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Soedjadi (2000 : 99) bahwa : ” Model pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran dengan masalah yang kompleks misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas menuju kepada konsep-konsep sederhana yang terkait”. Dengan pemberian masalah diawal pada pembelajaran berbasis masalah diharapkan nantinya mampu membawa siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi yang diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di awal pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan adanya pengorganisasian siswa untuk belajar, melakukan penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta pengevaluasian proses pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah tersebut siswa dapat menemukan konsep dengan membangunnya sendiri.
Pada pendekatan pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu siswa perlu diorganisasikan  ke dalam kelompok belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Arends (2008 : 43) bahwa : “Model pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil”. Bekerja bersama juga dapat memotivasi siswa untuk memperbanyak melakukan penyelidikan dan dialog untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung karena keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pendekatan pembelajaran ini.
            Sehingga diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat menemukan sendiri bagaimana konsep dari bilangan bulat tersebut sehingga mereka termotivasi untuk belajar matematika.
  
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah ?
  2. Bagaimana penerapan  model pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran matematika ?

1.3 Tujuan
    1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran berbasis masalah
    2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran masalah terhadap            pembelajaran matematika.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa :
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.

            Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan  pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri ”.

Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :” Model pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),  Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.
B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Berbagai pengembang  menyatakan bahwa ciri utama  model pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah :
  1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
  1. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
  1. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
  1. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer
  1. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat  menyelesaikan permasalahan yang disajikan.


C.    Sintaks Pendekatan Model Berdasarkan Masalah
            Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Ke-
Indikator
Aktifitas / Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.


D.    Tujuan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Pembelajaran Model pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends (2008:70) bahwa :
Model pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri”.
Jadi dalam pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru adalah merumuskan tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran.
E.     Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
               Lingkungan belajar model pembelajaran berdasarkan masalah lebih  menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Arends (2008:70) bahwa: ”Lingkungan belajar Model pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif siswa dan atmosfer kebebasan berintelektual”. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dalam hal ini Trianto (2007 :75) mengatakan bahwa : ” Model pembelajaran berdasarkan masalah  ini siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut berbeda-beda”. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
F. Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya di dalam kelas yaitu menyesuaikan prosedur-prosedur penilaian dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai oleh guru.
Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Menurut Trianto (2007 : 76) bahwa: ”Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka ”.
G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1.      Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2.      Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3.       Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4.      Dengan Model pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran  bermakna.
5.      Dalam situasi Model pembelajaran berbasis masalah siswa mengintegrasikan pengetahuan dan      ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6.      Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan      berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif    siswa/mahasiswa dalam bekerja,    motivasi internal untuk belajar, dan dapat    mengembangkan hubungan    interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2.   Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka      untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
H.Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam    Pembelajaran Matematika
Adapun contoh penerapan Model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika dalam hal ini materinya  bilangan bulat adalah sebagai berikut
1. Orientasi siswa pada masalah
   - Guru mengajukan masalah dan meminta siswa untuk mempelajari masalah  berikut :
      Sebuah kantor yang berlantai 23. Seorang Karyawan mula-mula berada di  lantai 2 kantor itu. Karena ada suatu  keperluan ia turun 4 lantai, kemudian naik 6 lantai. Di lantai berapakah  karyawan itu sekarang berada?
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
    - Membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang memiliki kemampuan heterogen.
    -  Meminta siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan    masalah tersebut.
       Misalnya kelompok A menggambarkan  sebuah gedung berlantai 23 dengan 3 lantai berada dibawah tanah dan menggambar seorang karyawan yang berada pada lantai 2.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
    - Membimbing siswa  menemukan penjelasan dan pemecahan masalah yang  diberikan oleh guru.
       Misalnya guru memberikan informasi kepada siswa bahwa naik satu lantai           dinyatakan dengan (+ 1) dan turun satu  lantai dinyatakan  dengan (-1).
       Dengan bimbingan guru, siswa menentukan letak karyawan itu di gedung  dengan cara : Karyawan mula-mula berada di lantai 2 kantor itu dinyatakan  dengan (+2), kemudian turun 4 lantai dinyatakan (-4), kemudian naik 6 lantai dinyatakan dengan (+6). Secara matematis diulis : (2) +  (-4) + 6 = 4
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
   - Mendorong siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut dengan cara menunjuk satu kelompok secara acak untuk menuliskan hasil diskusi kelompok di papan tulis dan kelompok lain menanggapi hasil penyajian kelompok yang  maju.


5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
   - Membantu siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah yang  telah dipersentasikan di depan kelas. Kemudian bersama dengan siswa menarik  kesimpulan letak karyawan itu berada pada lantai 4 gedung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
         Dari keseluruhan uraian hasil makalah pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1 Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
2.      Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada pembelajaran ini dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan.
B. Saran
1. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan Model yang efektif untuk        pengajaran proses berfikir tingkat tinggi dan mengembangkan pengetahuan     dasar maupun kompleks sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran     matematika.
2.   Kepada guru yang ingin menerapkan Model pembelajaran berbasis          masalah  dengan menggunakan kelompok belajar hendaknya guru perlu      memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung     dengan tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang     menyimpang secara cepat dan tepat, juga memiliki panduan bagaimana     mengelola diskusi kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard., (2008), Learning to Teach , Mc.Graw Hill Companies. New York.
Sanjaya,Wina., (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Media Group, Jakarta.
Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Depdikbud,          Jakarta.
Sudrajad, (2009), Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan       Model Pembelajaran. htpp://akhmad sudrajad.wordpress.com/
Suyatno, (2007), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Penerbit Masmedia Buana      Pustaka, Surabaya.
TIMMS, (2007), http://nces.ed.gov/timss/results07
 Trianto, (2007), Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
 Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.


Aplikasi Problem Based Learning
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Mata Pelajaran        : Matematika
Kelas / Semester      : VII / Ganjil
Alokasi waktu          : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat operasi hitung dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan  menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
Indikator                    :  1. Memberikan contoh bilangan bulat.
                                       2. Menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
                                       3. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
                                          4. Menemukan sifat-sifat operasipenjumlahanbilangan bulat
                                          5. Menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahanbilangan                                           bulat untuk menyelesaikan masalah.
Tujuan Pembelajaran:
 1. Siswa dapat memberikan contoh bilangan bulat.
 2. Siswa dapat menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
 3. Siswa dapat menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
 4. Siswa dapat menemukan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat.
 5. Siswa dapat menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat      untuk menyelesaikan masalah.
Materi Ajar               : 1. Pengertian Bilangan Bulat
                                      2. Penjumlahan pada Bilangan Bulat
Pendekatan Pembelajaran :
 Pendekatan pembelajaran berbasis masalah
Model Pembelajaran :
Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Metode mengajar :
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Pemberian Tugas

Kegiatan Belajar Mengajar :
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
A. Kegiatan Awal
 - Memberi salam pembuka.
 - Menyampaikan tujuan pembelajaran    dan memotivasi siswa untuk terlibat    dalam pemecahan masalah.

- Siswa menjawab salam guru.
- Mendengarkan penjelasan    guru.

5 menit

B. Kegiatan inti
Sintaks 1
Orientasi siswa pada masalah
- Guru memberikan materi kemudian  mengajukan permasalahan 1, permasalahan 2, permasalahan 3, permasalahan 4,dan permasalahan 5 yang ada di    LAS  dan meminta siswa untuk    mempelajari masalah tersebut.

Sintaks 2
 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membagi siswa ke dalam kelompok    dimana satu kelompok terdiri dari 5-6    orang siswa yang memiliki    kemampuan heterogen.

- Meminta siswa mengemukakan ide   kelompoknya sendiri tentang   menyelesaikan masalah tersebut.
Sintaks 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
- Memberikan informasi yang mungkin   dibutuhkan oleh siswa dalam mengisi     LAS .

- Memotivasi siswa untuk melakukan     dialog atau diskusi antar teman dalam     satu kelompok.

Sintaks 4
Mengembangkan dan menyajikan  hasil karya
- Membimbing atau mengamati siswa    dalam menyimpulkan hasil pemecahan    masalah yang ada atau dalam    pengisian  LAS .
- Mendorong siswa untuk menyajikan    hasil pemecahan masalah LAS    dengan   cara menunjuk satu kelompok    secara   acak untuk mempersentasikan
  hasil diskusi kelompok di depan kelas.

Sintaks 5
Menganalisa dan mengevaluasi  proses pemecahan masalah
- Membantu siswa mengkaji ulang     proses atau hasil pemecahan masalah     yang telah dipersentasikan di depan    kelas.


C. Kegiatan Akhir
- Bersama dengan siswa membuat    kesimpulan terhadap materi pelajaran.


- Guru memberi salam penutup dan memimpin doa.



- Mendengarkan penjelasan materi dan permasalahan 1, permasalahan 2, permasalahan 3, permasalahan 4, permasalahan 5 yang ada di    LAS  .





- Duduk sesuai dengan    kelompoknya.



- Memberi ide tentang cara    penyelesaian masalah    tersebut.



- Mengumpulkan informasi    tentang masalah yang ada di    LAS .

- Mendengarkan motivasi guru    untuk berdiskusi dengan   teman     kelompoknya.




- Mengisi LAS.



- Mempersentasikan hasil   diskusi kelompok.







- Menanggapi hasil diskusi    kelompok lain dan     mendengarkan hasil analisa    dan evaluasi.



- Bersama dengan guru     membuat kesimpulan    terhadap materi pelajaran.

- Siswa menjawab salam dan berdoa.



10 menit








5 menit





5 menit




5 menit



5 menit






10 menit


10 menit








10 menit





5 menit



5 menit





Sumber Belajar : 
1. Buku matematika untuk SMP/ MTs Kelas VII  Karangan M.Cholik Sugiono
    Penerbit Erlangga (2005).
2. Buku Matematika untuk SMP Kelas VII Karangan Dewi Nurhaini dan Tri     Wahyudi Penerbit Maju (2008)
3. LKS
Penilaian :
1. Teknik                       :  Tes tertulis
2. Bentuk Instumen      :  Uraian



JURNAL NASIONAL
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama
Tatang Herman
ABSTRACT
In this reform era, high level thinking ability is a necessary. This ability is however, not well-nurtured, since most lessons at school, especially math, does not provide students with the ability to develop their high thinking ability. This experiment study, therefore, is conducted to explore SMP students’ high  level mathematical  thinking and disposition  through problem-based  learning. The samples of this study are year 2 students in three SMPs in Bandung whereas the instruments in the study are test, mathematical disposition scale, and observation sheet. The fndings, among others, suggest that open problem-based and structured problem-based learning are signifcantly better than con-ventional  learning  in  improving students’ high  level mathematical  thinking ability based on school qualifcation difference and students’ intelligence. This different high level mathematical thinking abil-ity is not gender based. In addition, the fndings also suggest that the mathematical disposition ability of students who  received open problem-based  learning  is better  than  that of  those who  received structured problem-based learning.  
Key words: problem-based learning, high level thinking, open problem, structured problem.


KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL ELICITING
ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Ahmad Dzulfikar, Muhammad Asikin, Putriaji Hendikawati
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki keefektifan model pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning terhadap kemampuan pemeca-han masalah dan menyelidiki ketuntasan belajar kemampuan pemecahan masalah dengan kedua model tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembela-jaran Model Eliciting Activities dan kelas kontrol dengan menerapkan model pemb-elajaran Problem Based Learning. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Pengambilan data dilakukan den-gan pemberian tes kemampuan pemecahan masalah pada akhir penelitian. Rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 80,15 sedangkan kelas kontrol adalah 73,01. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes, diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2.27, sedangkan nilai t tabel = 2.00, karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak. Jadi, rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning efektif  ter-hadap kemampuan pemecahan masalah, tetapi model pembelajaran Model Eliciting Activities lebih baik daripada Problem Based Learning.
Abstract
The purpose of  this study was to investigate the effectiveness of  learning models Eliciting Activities Model and Problem Based Learning to investigate the problem-solving ability and thoroughness learn problem-solving skills with both models. Sampling was conducted by clus-ter random sampling. Experimental class were treated by applying a learning model eliciting Activities Model and control class were treated by applying the learning model of  Problem Based Learning. Data collection techniques used are the methods of  documentation, testing, and observation. Data is collected by administering the test problem-solving abilities at the end of  the study. Average problem-solving ability test of  class experiment is 80.15 while the control class is 73.01. Based on the results of  tests of  normality and homogenity of  the test result data, the data obtained that the two samples of  normal and homogeneous, so to test the hypothesis used the t test. From the calculation results obtained t count = 2.27, while the value of  a t table = 2.00, because t count > t table  then H0 is rejected. Thus, the average problem-solving  abilities of  students in the experimental class is better than the control class. Based on these results concluded that the learning model eliciting Model Problem Based Learning Activities and effective problem-solving skills, but learning model eliciting Activities Model better than the Problem Based Learning.

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
Tatang Herman
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstract 
It is recognised that mathematical reasoning is one of the  important skills needed to live in this  information  age.  Yet,  attention  is  given  in  learning  and  teaching  mathematics  in classroom  to  improve  the  skills.  This  classroom  action  research  attempts  to  explore  the implementation  of  problem-based  learning  on  the  improvement  of  students‟ mathematical reasoning ability. The study was conducted in second grade of one of the public secondary schools  in  Bandung,  Indonesia.  The  study  found  that  problem-based  learning  in mathematics was considered to improve students‟ mathematical reasoning. Students showed deep  understanding  of  mathematics  as  an  impact  of  problem  solving  activities  through cooperative learning.
Key  words:  problem-based  learning,  problem  solving,  mathematical  reasoning  and understanding.

Jurnal Internasional
How Does the Problem Based Learning Approach Compare to the Model-Eliciting
Activity Approach in Mathematics?
Scott A. Chamberlin, University of Wyoming
Sidney M. Moon, Purdue University
Abstract
Problem-Based Learning and Model-Eliciting Activities are recommended
instructional strategies for teachers in mathematics. The Problem-Based Learning (PBL)
approach has become quite widespread and it is used in many grade levels and
disciplines. Chronologically, Model-Eliciting Activities, written specifically for
instruction in mathematics, were developed after the Problem-Based Learning approach
and are not yet as widespread in use as PBL activities. The purpose of this article is to
discuss the similarities and differences in the two approaches with an emphasis on
implementation and outcomes. Theoretical literature has been used to support the
arguments. The authors conclude that the approach that an instructor selects should be
based on the needs of the students. To optimize instruction, additional empirical data
needs compiled from teachers and researchers.

  
Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom
Halizah Awang, and Ishak Ramly
Abstract—Problem-based learning (PBL) is one of the student  centered approaches and has been considered by a number of higher  educational institutions in many parts of the world as a method of delivery.  This paper presents  a creative thinking approach for
implementing Problem-based Learning in Mechanics of Structure within a Malaysian Polytechnics environment. In the learning process, students learn how to analyze the problem given among the students and sharing classroom knowledge into practice.  Further, through this course’s emphasis on problem-based learning, students
acquire creative thinking skills and professional skills as they tackle complex, interdisciplinary and real-situation problems.  Once the creative ideas are generated, there are useful additional techniques for tender ideas that will grow into a productive concept or solution.  The combination of creative skills and technical abilities will enable the students to be ready to “hit-the-ground-running” and produce in industry when they graduate.  
Keywords—Creative Thinking Skills, Problem-based Learning, Problem Solving.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger
Powered By Blogger

Grey Floral ©  Copyright by Nur Andika | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks